Telpon: 0877 5706 0486, Whatsapp : 0852 7361 5598
Kabupaten Bangkalan yaitu satu kabupaten di Pulau Madura, Propinsi Jawa Timur, Indonesia. Ibu kotanya yaitu Bangkalan. Kabupaten ini terdapat di ujung paling barat Pulau Madura ; bersebelahan dengan Laut Jawa di utara, Kabupaten Sampang di timur dan Selat Madura di selatan serta barat.
Pelabuhan Kamal adalah pintu gerbang Madura dari Jawa, dimana ada service kapal feri yang menghubungkan Madura dengan Surabaya (Pelabuhan Ujung). Sekarang ini sudah beroperasi Jembatan Suramadu (Surabaya-Madura) yang disebut jembatan terpanjang di Indonesia. Kabupaten Bangkalan adalah satu diantara lokasi yang masuk dalam lokasi metropolitan Surabaya, yakni Gerbangkertosusila.
Kabupaten Bangkalan terdiri atas 18 kecamatan yang dibagi sekali lagi atas beberapa 273 desa serta 8 kelurahan. Pusat pemerintahannya ada di Kecamatan Bangkalan.
Mulai sejak diresmikannya Jembatan Suramadu, Kabupaten Bangkalan jadi gerbang paling utama Pulau Madura dan jadi satu diantara tujuan wisata pilihan di Jawa Timur, baik dari keindahan alamnya (Bukit Jaddih, Gunung Geger, Pemandian Sumber Bening -Langkap – Modung dll) ; budaya (Karapan sapi, dll), dan wisata kuliner salah satunya yaitu nasi bebek ciri khas Madura.
o Th. 1531 – 1592 : Kiai Pratanu (Panembahan Lemah Duwur)
o Th. 1592 – 1620 : Raden Koro (Pangeran Tengah)
o Th. 1621 – 1624 : Pangeran Mas
o Th. 1624 – 1648 : Raden Prasmo (Pangeran Cakraningrat I)
o Th. 1648 – 1707 : Raden Undakan (Pangeran Cakraningrat II)
o Th. 1707 – 1718 : Raden Tumenggung Suroadiningrat (Pangeran Cakraningrat III)
o Th. 1718 – 1745 : Pangeran Sidingkap (Pangeran Cakraningrat IV)
o Th. 1745 – 1770 : Pangeran Sidomukti (Pangeran Cakraningrat V)
o Th. 1770 – 1780 : Raden Tumenggung Mangkudiningrat (Panembahan Adipati Pangeran Cakraadiningrat VI)
o Th. 1780 – 1815 : Sultan Abdu/Sultan Bangkalan I (Panembahan Adipati Pangeran Cakraadiningrat VII)
o Th. 1815 – 1847 : Sultan Abdul Kadirun (Sultan Bangkalan II)
o Th. 1847 – 1862 : Raden Yusuf (Panembahan Cakraadiningrat VII)
o Th. 1862 – 1882 : Raden Ismael (Panembahan Cakraadiningrat VIII)
Dari Pra Islam Sampai Cakraningrat Madura Barat (Bangkalan) Masa Hindu serta Budha Dari Plakaran Ke Arosbaya, Pragalba ke Pratanu (Lemah Dhuwur) Cakraningrat I Anak Angkat Sultan Agung Madura Barat (Bangkalan) Masa Hindu serta Budha Bangkalan, Bangkalan dulunya lebih di kenal dengan sebutan Madura barat. Penyebutan ini, mungkin saja lebih diutamakan pada argumen geografis. Soalnya, Kabupaten Bangkalan memanglah terdapat di ujung barat Pulau Madura. Mulai sejak dahulu, Pulau Madura memanglah telah terbagi-bagi.
Bahkan juga, setiap sisi mempunyai histori serta legenda sendiri-sendiri. Menurut legenda, histori Madura barat berawal dari timbulnya seseorang raja dari Gili Mandangin (satu pulau kecil di selat Madura) atau lebih persisnya di daerah Sampang.
Nama raja itu yaitu Lembu Peteng, yang masih tetap adalah putra Majapahit hasil perkawinan dengan putri Islam asal Campa. Lembu Peteng juga seseorang santri Sunan Ampel. Serta, Lembu Peteng-lah yang di kenal jadi penguasa Islam pertama di Madura Barat. Tetapi dalam perubahan sejarahnya, nyatanya di ketahui kalau sebelumnya Islam, Madura sempat diperintah oleh penguasa non muslim, yang disebut yang datang dari kerajaan Singasari serta Majapahit. Hal semacam ini diperkuat dengan terdapatnya pernyataan Tome Pires (1944 : 227) yang menyebutkan, pada permulaan dasawarsa era 16, raja Madura belum juga masuk Islam. Serta dia yaitu seseorang bangsawan mantu Gusti Pate dari Majapahit. Pernyataan itu diperkuat dengan terdapatnya temuan – temuan arkeologis, baik yang bernafaskan Hindu serta Bhudda.
Temuan itu diketemukan di Desa Kemoning, berbentuk satu lingga yang berisi inskripsi. Sayangnya, tidak semuanya baris kalimat bisa terbaca. Dari tujuh baris yang ada di lingga itu, pada baris pertama tertulis, I Caka 1301 (1379 M), serta baris paling akhir tertulis, Cadra Sengala Lombo, Nagara Gata Bhuwana Agong (Nagara : 1, Gata : 5, Bhuwana : 1, Agong : 1) apabila di baca dari belakang, bisa diangkakan jadi 1151 Caka 1229 M. Temuan yang lain berbentuk fragmen bangunan kuno, yang disebut website candi. Oleh orang-orang setempat dipandang reruntuhan kerajaan kecil.
Juga diketemukan reruntuhan gua yang di kenal orang-orang dengan nama Somor Dhaksan, komplit dengan candhra sengkala memet bergambar dua ekor kuda mengapit raksasa. Pergi dari beragam temuan tersebut, didapat deskripsi kalau pada th. 1105 M hingga 1379 M atau paling tidak masa periode Singasari serta Majapahit akhir, ada ada dampak Hindu serta Bhudda di Madura barat.
Sesaat temuan arkeologis yang menyebutkan masa classic Bangkalan, diketemukan di Desa Patengteng, Kecamatan Modung, berbentuk satu arca Siwa serta satu arca lelaki. Tengah di Desa Dlamba Daja serta Desa Rongderin, Kecamatan Tanah Merah, ada banyak arca, salah satunya yaitu arca Dhayani Budha.
Temuan yang lain berbentuk dua buah arca diketemukan di Desa Sukolilo Barat Kecamatan Labang. Dua buah arca Siwa yang lain diketemukan di pusat kota Bangkalan. Sesaat di Desa Tanjung Anyar Bangkalan diketemukan sisa Gapura, pintu masuk kraton kuno yang memiliki bahan bata merah. Selain itu, beragam temuan yang berbau Siwais juga diketemukan di makam-makam raja Islam yang ada di Kecamatan Arosbaya. Arosbaya ini sempat jadi pusat pemerintahan di Bangkalan. Umpamanya pada makam Oggo Kusumo, Syarif Abdurrachman atau Musyarif (Syech Husen).