Pembuataan Wesbite di Gunungkidul

Telpon: 0877 5706 0486, Whatsapp : 0852 7361 5598

Kabupaten Gunungkidul (bhs Jawa : Hanacaraka, ​ꦓꦸꦤꦸꦁꦏꦶꦢꦸꦭ꧀ ; Latin, Gunungkidul) yaitu satu diantara kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Pusat pemerintahan ada di Kecamatan Wonosari.

Dengan luas sekitaran satu per tiga dari luas daerah induknya, kabupaten ini relatif rendah kepadatan penduduknya dari pada kabupaten-kabupaten yang lain.

Kabupaten ini bersebelahan dengan Kabupaten Klaten serta Kabupaten Sukoharjo di utara, Kabupaten Wonogiri di timur, Samudra Hindia di selatan, dan Kabupaten Bantul serta Kabupaten Sleman di barat. Kabupaten Gunungkidul mempunyai 18 kecamatan.

Beberapa besar lokasi kabupaten ini berbentuk perbukitan serta pegunungan kapur, yaitu sisi dari Pegunungan Sewu. Gunungkidul di kenal jadi daerah tandus serta seringkali alami kekeringan pada musim kemarau, tetapi menaruh kekhasan histori yang unik, terkecuali potensi pariwisata, budaya, ataupun kuliner.

Dari temuan-temuan arkeologi, lokasi Gunungkidul diprediksikan sudah ditempati oleh manusia (Homo sapiens) mulai sejak 700 ribu th. lalu3. Banyak diketemukan panduan kehadiran manusia yang diketemukan di gua-gua & ceruk-ceruk di perbukitan karst Gunungkidul, terlebih di Kecamatan Ponjong. Kecenderungan manusia tempati Gunungkidul waktu itu dikarenakan beberapa besar dataran rendah di Yogyakarta masih tetap tergenangi air. 4 Kehadiran manusia pertama di Gunungkidul berlangsung pada akhir periode Pleistosen. Waktu itu, manusia Ras Australoid bermigrasi dari Pegunungan Sewu di Pacitan, Jawa Timur melalui lembah-lembah karst Wonogiri, Jawa Tengah sampai pada akhirnya menjangkau pesisir pantai selatan Gunungkidul lewat jalur Bengawan Solo purba. 5

Dari sekitaran 460 gua karst di Gunungkidul, nyaris setengahnya jadi tempat tinggal manusia purba. Dari 72 gua horizontal di ujung utara Gunung Sewu, persisnya di Kecamatan Ponjong yang terapit Ledok Wonosari di barat serta Ledok Baturetno di timur, 14 goa salah satunya adalah sisa tempat tinggal manusia purba, serta dua salah satunya telah diekskavasi yakni Song nanti serta Song Blendrong. 5 Di ceruk Song nanti yang sempat jadi tempat tinggal Homo sapiens diketemukan delapan individu yang terbagi dalam : 5 dewasa, 2 anak-anak, serta 1 bayi juga diketemukan alat-alat batu seperti batu giling, beliung persegi, serta mata panah. Sesaat di Song Blendrong diketemukan banyak tulang, perlengkapan batu, tanduk, serta serut kerang yang berantakan di lantai ceruk. 4

Diluar itu, di Goa Seropan di Kecamatan Semanu juga diketemukan bukti kehadiran manusia purba. Di lorong lama gua itu banyak diketemukan cetakan tulang purba di dinding-dinding lorong. Sesaat di lorong baru, yang ada pada kedalaman 60 m, serta baru keluar sesudah terjadinya banjir di sungai bawah tanah th. 2008, diketemukan potongan tulang kaki, gigi, serta rusuk mamalia. 4

Pada saat Gunungkidul masih tetap adalah rimba belantara, ada satu desa yang ditempati sebagian orang pelarian dari Majapahit. Desa itu yaitu Pongangan, yang di pimpin oleh R. Dewa Katong saudara raja Brawijaya. Sesudah R Dewa Katong geser ke desa Katongan 10 km utara Pongangan, puteranya yang bernama R. Suromejo membuat desa Pongangan, hingga makin lama makin rama. Sekian waktu lalu, R. Suromejo geser ke Karangmojo.

Perubahan masyarakat di daerah Gunungkidul itu didengar oleh raja Mataram Sunan Amangkurat Amral yang berkedudukan di Kartosuro. Lalu ia mengutus Senopati Ki Tumenggung Prawiropekso supaya menunjukkan kebenaran berita itu. Sesudah dinyatakan kebenarannya, Tumenggung Prawiropekso menasihati R. Suromejo supaya memohon izin pada raja Mataram, karna daerah itu masuk dalam lokasi kekuasaannya.

R. Suromejo tidak inginserta pada akhirnya terjadi peperangan yang menyebabkan dia tewas. Demikian halnya 2 anak serta menantunya. Ki Pontjodirjo yang disebut anak R Suromejo pada akhirnya menyerahkan diri, oleh Pangeran Sambernyowo diangkat jadi Bupati Gunungkidul I. Tetapi Bupati Mas Tumenggung Pontjodirjo tidak lama menjabat karna ada pemilihan batas-batas daerah Gunungkidul pada Sultan serta Mangkunegaran II pada tanggal 13 Mei 1831. Gunungkidul (terkecuali Ngawen jadi daerah enclave Mangkunegaran) jadi kabupaten dibawah kekuasaan Kasultanan Yogyakarta.

Mas Tumenggung Pontjodirjo ditukar Mas Tumenggung Prawirosetiko, yang mengalihkan kedudukan kota kabupaten dari Ponjong ke Wonosari.

Menurut Mr. R. M Suryodiningrat dalam bukunya ”Peprentahan Praja Kejawen” yang dikuatkan buku de Vorstenlanden terbitan 1931 tulisan G. P Rouffaer, serta pendapat B. M. Mr. A. K Pringgodigdo dalam bukunya Onstaan En Groei van het Mangkoenegorosche Rijk, berdirinya Gunungkidul (daerah administrasi) th. 1831 satu tahun selesai Perang Diponegoro, berbarengan dengan terjadinya kabupaten beda di Yogyakarta. Dijelaskan kalau ”Goenoengkidoel, wewengkon pareden wetan lepen opak. Poeniko siti maosan dalam sami kaliyan Montjanagari ing jaman kino, dados bawah ipun Pepatih Dalam. Ing tahoen 1831 Nagoragung sarta Mantjanagari-nipoen Ngajogjakarta sampoen dipoen perang-perang, Mataram dados 3 wewengkon, dene Pangagengipoen wewengkon satoenggal-satoenggalipoen dipoen wastani Boepati Wadono Distrik kaparingan sesebatan Toemenggoeng, inggih poeniko Sleman (Roemijin Denggong), Kalasan dan Bantoel. Siti maosan dalam ing Pengasih dipoen koewaosi dening Boepati Wedono Distrik Pamadjegan Dalam. Makanten oegi ing Sentolo wonten pengageng distrik ingkang kaparingan sesebatan Riya. Goenoengkidoel ingkang nyepeng siti maosan dalam sesebatan nipoen Riya. ”

Serta oleh usaha yang dikerjakan panitia untuk mencari Hari Jadi Kabupaten Gunungkidul th. 1984 baik yang tersingkap lewat kenyataan histoririset, pengumpulan data dari tokoh orang-orang, pakar dan daftar kepustakaan yang ada, pada akhirnya diputuskan kalau Kabupaten Gunungkidul dengan Wonosari jadi pusat pemerintahan lahir pada hari Jumat Legi tanggal 27 Mei 1831 atau 15 Besar Je 1758 serta dikuatkan dengan Ketentuan Bupati Kepala Daerah Tingkat II Gunungkidul No : 70/188. 45/6/1985 mengenai Penetapan hari, tanggal bulan serta th. Hari Jadi Kabupaten Gunungkidul yang di tandatangani oleh bupati waktu itu Drs KRT Sosro Hadiningrat tanggal 14 Juni 1985.

Sedang dengan yuridis, status Kabupaten Gunungkidul jadi satu diantara daerah kabupaten kabupaten yang memiliki hak mengatur serta mengurusi tempat tinggal tangganya sendiri dalam lingkungan Daerah Istimewa Yogyakarta serta berkedudukan di Wonosari jadi ibukota kabupaten, diputuskan pada tanggal 15 Agustus 1950 dengan UU no 15 Th. 1950 jo Ketentuan Pemerintah No 32 th. 1950 ketika Gunungkidul di pimpin oleh KRT Labaningrat.

Sesuai sama namanya, Kabupaten Gunungkidul didominasi oleh pegunungan yang disebut sisi barat dari Pegunungan Sewu atau Pegunungan Kapur Selatan (dari nama dengan kata lain berikut ” Gunungkidul ” di turunkan), yang membentang di selatan Pulau Jawa dari mulai lokasi itu ke arah timur sampai Kabupaten Tulungagung. Pegunungan Kidul terjadi dari batu gamping, mengisyaratkan kalau pada saat lantas adalah basic laut. Temuan-temuan fosil hewan laut purba mensupport asumsi ini. Lokasi ini mulai jadi daratan karena pengangkatan-pengangkatan tektonik serta vulkanik mulai sejak Saat Miosen2 Dibagian utara, yang bersebelahan dengan Kabupaten Klaten, ada lokasi perbukitan kombinasi gampng serta batuan beku sisa kesibukan vulkanik purba yang lalu berhenti yang diberi nama Perbukitan Baturagung. Di selatan Baturagung terdapat Cekungan Wonosari, berbentuk dataran ketinggian menengah yang terjadi karna aliran Sungai Oya. Sungai ini bermuara ke Sungai Opak. Cekungan Wonosari banyak menaruh peninggalan dari masa prasejarah, mulai sejak Jaman Batu Tua hingga Jaman Batu Baru, yang unik yg tidak didapati di kabupaten beda di Yogyakarta. Dibagian timur laut, bersebelahan dengan Kabupaten Wonogiri ada pegunungan kecil yang di kenal jadi Pegunungan Panggung.