Telpon: 0877 5706 0486, Whatsapp : 0852 7361 5598
Kabupaten Subang (aksara Sunda : ᮊᮘ᮪. ᮞᮥᮘᮀ, Latin : Kab. Subang) yaitu satu kabupaten di Tatar Pasundan propinsi Jawa Barat, Indonesia. Ibukotanya yaitu Subang. Kabupaten ini bersebelahan dengan Laut Jawa di utara, Kabupaten Indramayu di timur, Kabupaten Sumedang di tenggara, Kabupaten Bandung Barat di selatan, dan Kabupaten Purwakarta serta Kabupaten Karawang di barat.
Berdasar pada Ketentuan Daerah Kabupaten Subang Nomor 3 Th. 2007, Lokasi Kabupaten Subang terdiri jadi 30 kecamatan, yang dibagi sekali lagi jadi 245 desa serta 8 kelurahan. Pusat pemerintahan di Kecamatan Subang.
Kabupaten ini dilintasi jalur pantura, tetapi ibu kota Kabupaten Subang tidak terdapat di jalur ini. Jalur pantura di Kabupaten Subang adalah satu diantara yang paling repot di Pulau Jawa. Kota kecamatan yang ada di jalur ini salah satunya Ciasem serta Pamanukan. Terkecuali dilintasi jalur Pantura, Kabupaten Subang dilintasi juga jalur jalan Alternatif Sadang Cikamurang, yang mlintas di dalam lokasi Kabupaten Subang serta menghubungkan Sadang, Kabupaten Purwakarta dengan Tomo, Kabupaten Sumedang, jalur ini begitu ramai terlebih pada musim libur seperti lebaran. Kabupaten Subang yang bersebelahan segera dengan kabupaten Bandung disamping selatan mempunyai akses segera yang sekalian menghubungkan jalur pantura dengan kota Bandung. Jalur ini cukup nyaman dilewati dengan pemandangan alam yang sangat indah berbentuk hamparan kebun teh yang udaranya sejuk serta melintasai lokasi pariwisata Air panas Ciater serta Gunung Tangkuban Parahu
Masyarakat Subang biasanya yaitu suku Sunda, yang memakai bhs Sunda jadi bhs keseharian. Sesaat kecamatan-kecamatan di lokasi pesisir Subang serta sebagian kecamatan di selama sungai Cipunegara yang bersebelahan dengan Kabupaten Indramayu penduduknya memakai bhs Cirebon yang nyaris sama dengan bhs Cirebon dialek Indramayu atau yang lebih di kenal dengan nama basa Dermayon67.
Bukti ada grup orang-orang pada saat prasejarah di lokasi Kabupaten Subang yaitu diketemukannya kapak batu di daerah Bojongkeding (Binong), Pagaden, Kalijati serta Dayeuhkolot (Sagalaherang). Temuan benda-benda prasejarah bercorak neolitikum ini mengisyaratkan kalau waktu itu di lokasi Kabupaten Subang saat ini telah ada grup orang-orang yang hidup dari bidang pertanian dengan alur begitu simpel. Diluar itu, dalam periode prasejarah juga berkembang juga alur kebudayaan perunggu yang diikuti dengan penemuan website di Kampung Engkel, Kecamatan Sagalaherang. Beberapa peneliti, saat ini tengah mempelajari website Nyai Subanglarang, yang disangka asal-muasal nama ” Subang “.
Ketika mengembangnya corak kebudayaan Hindu, lokasi Kabupaten Subang jadi sisi dari 3 kerajaan, yaitu Tarumanagara, Galuh, serta Pajajaran. Sepanjang berkuasanya 3 kerajaan itu, dari lokasi Kabupaten Subang diprediksikan telah ada kontak-kontek dengan sebagian kerajaan maritim sampai diluar lokasi Nusantara. Peninggalan berbentuk pecahan-pecahan keramik asal Cina di Patenggeng (Kalijati) menunjukkan kalau sepanjang era ke-7 sampai era ke-15 telah tersambung kontak perdagangan dengan lokasi yang jauh. Sumber beda mengatakan kalau pada saat itu, lokasi Subang ada dibawah kekuasaan Kerajaan Sunda. Kesaksian Tome’ Pires seseorang Portugis yang membuat perjalanan keliling Nusantara mengatakan kalau waktu menelusuri pantai utara Jawa, lokasi samping timur Sungai Cimanuk sampai Banten yaitu lokasi kerajaan Sunda.
Saat robohnya kerajaan Pajajaran, lokasi Subang seperti lokasi beda di P. Jawa, jadi rebutan beragam kemampuan. Terdaftar kerajaan Banten, Mataram, Sumedanglarang, VOC, Inggris, serta Kerajaan Belanda berusaha menanamkan dampak di daerah yang pas untuk jadikan lokasi perkebunan dan strategis untuk mencapai Batavia. Ketika perseteruan Mataram-VOC, lokasi Kabupaten Subang, terlebih di lokasi utara, jadikan jalur logistik untuk pasukan Sultan Agung yang juga akan menyerang Batavia. Waktu tersebut berlangsung percampuran budaya pada Jawa dengan Sunda, karna banyak tentara Sultan Agung yang urung kembali pada Mataram serta tinggal di lokasi Subang. Th. 1771, waktu ada dibawah kekuasaan Kerajaan Sumedanglarang, di Subang, persisnya di Pagaden, Pamanukan, serta Ciasem terdaftar seseorang bupati yang memerintah dengan turun-temurun. Waktu pemerintahan Sir Thomas Stamford Raffles (1811-1816) konsesi penguasaan tempat lokasi Subang diberi pada swasta Eropa. Th. 1812 terdaftar jadi awal kepemilikan tempat oleh tuan-tuan tanah yang setelah itu membuat perusahaan perkebunan Pamanoekan en Tjiasemlanden (P & T Lands). Penguasaan tempat yang luas ini bertahan meskipun kekuasaan telah berpindah ke tangan pemerintah Kerajaan Belanda. Tempat yang dikuasai penguasa perkebunan waktu itu menjangkau 212. 900 ha. dengan hak eigendom. Untuk melakukan pemerintahan di daerah ini, pemerintah Belanda membuat distrik-distrik yang membawahi onderdistrik. Waktu itu, lokasi Subang ada dibawah pimpinan seseorang kontrilor BB (bienenlandsch bestuur) yang berkedudukan di Subang.
Proklamasi Kemerdekaan RI di Jakarta berimbas dibangunnya beragam tubuh perjuangan di Subang, diantaranya Tubuh Keamanan Rakyat (BKR), API, Pesindo, Lasykar Uruh, dan sebagainya, banyak diantara anggota tubuh perjuangan ini yang lalu jadi anggota TNI. Waktu tentara KNIL kembali menempati Bandung, beberapa pejuang di Subang menghadapinya lewat dua front, yaitu front selatan (Lembang) serta front barat (Gunung Putri serta Bekasi). Th. 1946, Karesidenan Jakarta berkedudukan di Subang. Penentuan lokasi ini pastinya didasarkan atas pertimbangan kiat perjuangan. Residen pertama yaitu Sewaka yang lalu jadi Gubernur Jawa Barat. Lalu Kusnaeni menggantikannya. Bulan Desember 1946 diangkat Kosasih Purwanegara, tanpa ada pencabutan Kusnaeni dari jabatannya. Selang beberapa saat diangkat juga Mukmin jadi wakil residen. Pada saat gerilya sepanjang Agresi Militer Belanda I, residen tidak sempat jauh meninggalkan Subang, sesuai sama garis komando pusat. Dengan beberapa pejuang, waktu itu residen menetap di daerah Songgom, Surian, serta Cimenteng. Tanggal 26 Oktober 1947 Residen Kosasih Purwanagara meninggalkan Subang serta petinggi Residen Mukmin yang meninggalkan Purwakarta tanggal 6 Februari 1948 tidak sempat kirim berita ke lokasi perjuangannya. Hal semacam ini mendorong diadakannya rapat pada tanggal 5 April 1948 di Cimanggu, Desa Cimenteng. Dibawah pimpinan Karlan, rapat mengambil keputusan : 1. Wakil Residen Mukmin ditunjuk jadi Residen yang berkedudukan di daerah gerilya Purwakarta. 2. Lokasi Karawang Timur jadi Kabupaten Karawang Timur dengan bupati pertamanya Danta Gandawikarma. 3. Lokasi Karawang Barat jadi Kabupaten Karawang Barat dengan bupati pertamanya Syafei. Lokasi Kabupaten Karawang Timur yaitu lokasi Kabupaten Subang serta Kabupaten Purwakarta saat ini. Waktu itu, ke-2 lokasi itu bernama Kabupaten Purwakarta dengan ibu kotanya Subang. Penetapan nama Kabupaten Karawang Timur pada tanggal 5 April 1948 jadikan momentum untuk kelahiran Kabupaten Subang yang lalu diputuskan lewat Ketentuan DPRD No. : 01/SK/DPRD/1977.