Telpon: 0877 5706 0486, Whatsapp : 0852 7361 5598
Kota Surabaya (Bhs. Jawa : Suroboyo/ꦯꦸꦫꦧꦪ, Bhs. Madura : Sorěbějě/سَورَبَجَا) yaitu ibu kota Propinsi Jawa Timur, Indonesia, sekalian kota metropolitan paling besar di propinsi itu. Surabaya adalah kota paling besar ke-2 di Indonesia sesudah Jakarta. Kota ini terdapat 796 km samping timur Jakarta, atau 415 km samping barat laut Denpasar, Bali. Surabaya terdapat di pantai utara Pulau Jawa sisi timur serta bertemu dengan Selat Madura dan Laut Jawa.
Surabaya mempunyai luas sekitaran 350, 54 km² dengan penduduknya sejumlah 2. 765. 487 jiwa (2010). Daerah metropolitan Surabaya yakni Gerbangkertosusila yang berpenduduk sekitaran 10 juta jiwa, yaitu lokasi metropolitan paling besar ke-2 di Indonesia sesudah Jabodetabek. Surabaya dilayani oleh satu bandar udara, yaitu Bandar Udara Internasional Juanda, dan dua pelabuhan, yaitu Pelabuhan Tanjung Perak serta Pelabuhan Ujung.
Surabaya populer dengan sebutan Kota Pahlawan karna sejarahnya yang begitu dihitung dalam perjuangan Arek-Arek Suroboyo (Pemuda-pemuda Surabaya) dalam menjaga kemerdekaan bangsa Indonesia dari serangan penjajah
Kata Surabaya (bhs Jawa Kuno : Śūrabhaya) seringkali disimpulkan dengan filosofis jadi simbol perjuangan pada darat serta air. Diluar itu, dari kata Surabaya juga keluar mitos pertempuran pada ikan sura/suro (ikan hiu) serta baya/boyo (buaya), yang menyebabkan sangkaan kalau terjadinya nama ” Surabaya ” keluar sesudah terjadinya pertempuran itu.
Bukti histori tunjukkan kalau Surabaya telah ada jauh sebelumnya jaman kolonial, seperti yang terdaftar dalam prasasti Trowulan I, berangka 1358 M. Dalam prasasti itu tersingkap kalau Surabaya (Churabhaya) masih tetap berbentuk desa di pinggir sungai Brantas dan jadi satu diantara tempat penyeberangan perlu selama daerah aliran sungai Brantas. Surabaya juga terdaftar dalam pujasastra Kakawin Nagarakretagama yang ditulis oleh Empu Prapañca yang menceritakan mengenai perjalanan pesiar Raja Hayam Wuruk pada th. 1365 M dalam pupuh XVII (bait ke-5, baris paling akhir).
Meskipun bukti tertulis tertua memberikan nama Surabaya berangka th. 1358 M (Prasasti Trowulan) serta 1365 M (Nagarakretagama), beberapa pakar mengira kalau lokasi Surabaya telah ada sebelumnya beberapa th. itu. Menurut pendapat budayawan Surabaya berkebangsaan Jerman Von Faber, lokasi Surabaya dibangun th. 1275 M oleh Raja Kertanegara jadi tempat permukiman baru untuk beberapa prajuritnya yang berhasil menumpas pemberontakan Kemuruhan di th. 1270 M. Pendapat yang lain menyebutkan kalau Surabaya dulu adalah satu daerah yang bernama Ujung Galuh.
Versus beda mengatakan, Surabaya datang dari narasi mengenai perkelahian hidup-mati pada Adipati Jayengrono serta Sawunggaling. Konon, sesudah menaklukkan pasukan Kekaisaran Mongol utusan Kubilai Khan atau yang di kenal dengan pasukan Tartar, Raden Wijaya membangun satu keraton di daerah Ujung Galuh serta meletakkan Adipati Jayengrono untuk memimpin daerah itu. Lama-lama karna kuasai pengetahuan buaya, Jayengrono makin kuat serta mandiri hingga meneror kedaulatan Kerajaan Majapahit. Untuk mengalahkan Jayengrono, jadi diutuslah Sawunggaling yang kuasai pengetahuan sura.
Adu kesaktian dikerjakan di tepi Kali Mas, di lokasi Peneleh. Perkelahian itu berjalan sepanjang tujuh hari tujuh malam serta selesai dengan tragis, karna keduanya wafat sesudah kehilangan tenaga.
Nama Śūrabhaya sendiri dikukuhkan jadi nama resmi pada era ke-14 oleh penguasa Ujung Galuh, Arya Lêmbu Sora.
Lokasi Surabaya dulu adalah gerbang paling utama untuk masuk ibu kota Kerajaan Majapahit dari arah lautan, yaitu di muara Kali Mas. Bahkan juga hari jadi kota Surabaya diputuskan yakni pada tanggal 31 Mei 1293. Hari itu sesungguhnya adalah hari kemenangan pasukan Majapahit yang di pimpin Raden Wijaya pada serangan pasukan Mongol. Pasukan Mongol yang datang dari laut digambarkan jadi SURA (ikan hiu/berani) serta pasukan Raden Wijaya yang datang dari darat digambarkan jadi BAYA (buaya/bahaya), jadi dengan harfiah disimpulkan berani hadapi bahaya yang datang meneror. Jadi hari kemenangan itu diperingati jadi hari jadi Surabaya.
Pada era ke-15, Islam mulai menebar dengan cepat di daerah Surabaya. Satu diantara anggota Walisongo, Sunan Ampel, membangun masjid serta pesantren di lokasi Ampel. Th. 1530, Surabaya jadi sisi dari Kerajaan Demak.
Menyusul robohnya Demak, Surabaya jadi tujuan penaklukan Kesultanan Mataram, diserang Panembahan Senopati th. 1598, terserang besar-besaran oleh Panembahan Seda ing Krapyak th. 1610, serta terserang Sultan Agung th. 1614. Pemblokan aliran Sungai Brantas oleh Sultan Agung pada akhirnya memaksa Surabaya menyerah. Satu tulisan VOC th. 1620 melukiskan, Surabaya jadi lokasi yang kaya serta berkuasa. Panjang lingkarannya sekitaran 5 mijlen Belanda (sekitaran 37 km), dikelilingi kanal serta diperkuat meriam. Th. itu, untuk melawan Mataram, tentaranya sebesar 30. 000 prajurit3.
Th. 1675, Trunojoyo dari Madura merebut Surabaya, tetapi pada akhirnya didepak VOC pada th. 1677.
Dalam kesepakatan pada Pakubuwono II serta VOC pada tanggal 11 November 1743, Surabaya diserahkan penguasaannya pada VOC. Gedung pusat pemerintahan Karesidenan Surabaya ada di mulut samping barat Jembatan Merah. Jembatan berikut yang membatasi permukiman orang Eropa (Europeesche Wijk) saat itu, yang berada di samping barat jembatan dengan tempat permukiman orang Tionghoa ; Melayu ; Arab ; dsb (Vremde Oosterlingen), yang berada di samping timur jembatan itu. Sampai th. 1900-an, pusat kota Surabaya cuma sekitar di sekitaran Jembatan Merah saja.